Keputihan (
white discharge, fluor albus, leukorea)
merupakan istilah untuk setiap cairan yang dikeluarkan dari alat-alat
genitalia wanita yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar
pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur
dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar
Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas
bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret
vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan
diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam
kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau
berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini
non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH
3,5-4,5.
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada wanita,
adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat
dibedakan antara leukorea yang fisiologik (normal) dan yang patologik
(tidak normal). Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang
kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
(sel darah putih) yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat
banyak leukosit.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini
cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan
sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina,
serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada
adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea
ditemukan pada tumor jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan
permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran
alat-alat genital.
JENIS KEPUTIHAN
Keputihan bisa berupa leukorea fisiologik dan leukorea patologik. Leukorea fisiologik biasa ditemukan pada :
- Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya
ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
- Waktu disekitar menarche (awal menstruasi) karena mulai terdapat
pengaruh estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat
menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
- Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu
melakukan hubungan seksual, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari
dinding vagina.
- Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
- Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga
bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada
wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedang leukorea abnormal (patologik) disebabkan oleh
:
1. Infeksi, bisa berasal dari :
- Bakteri. Misalnya Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus
- Jamur. Misalnya Candida albicans
- Protozoa. Misalnya Trichomonas vaginalis
- Virus. Misalnya Virus Herpes dan human papilloma virus
2. Iritasi, bisa disebabkan karena :
- Sperma, pelicin, kondom
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodorant dan sabun
- Cairan antiseptic untuk mandi.
- Pembersih vagina.
- Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
- Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau jaringan abnormal lain
4. Fistula
5. Benda asing
6. Radiasi
7. Penyebab lain seeperti kondisi psikologi penderita (Volvovaginitis psikosomatik)
PROSES TERJADINYA PENYAKIT
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret
vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu
diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan
oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak
sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung
sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan
bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil
KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang
dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain,
estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus
acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri
pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi
glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang
menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena
perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal
sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi
adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi
seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan
produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan
progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida
albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan
jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5.
Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala
infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi
kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen
sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas
vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena
pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina
sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik
kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan
vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis
bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah
hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus
sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat
dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin
juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis
bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga
pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan
pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan
yang kuat.
GEJALA KLINIS
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu
yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya
dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus.
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu
hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin
bertambah setelah hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang
hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital
Tidak ada komplikasi yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan
vagina yang abnormal.
PENATALAKSANAAN
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor
albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker
leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,
berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau
busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,
terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
- Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
- Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
- Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
- Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
- Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
- 6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
- 7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
Atasi keputihan dengan produk herbal
KLIK ----> http://bit.ly/1cTge57