Ketahui Tentang Disfungsi Ereksi & Penyebabnya Ya !!
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada
pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang
lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering
terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi
merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar
50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi.
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup.
Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan
impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat
pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke
penis.
- Hipertensi, Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah salah satu penyakit yang membahayakan pria. Pria pengidap hipertensi memiliki tekanan darah di atas kondisi normal sehingga mengganggu aktifitas fisik sehari-hari. Aktifitas seksual penderita hipertensi mengalami hambatan karena penis mereka tidak bisa ereksi maksimal akibat penggunaan obat-obat penyembuh yang mengandung anabolic steroid. Selain itu, hipertensi biasanya juga diikuti oleh penyakit jantung yang menganggu sistem pernapasan pria.
- Diabetes mellitus, memberi kontribusi bagi terjadinya disfungsi ereksi pada seorang pria karena pria pengidap diabetes umumnya memiliki energi yang berada di bawah level normal. Sebagian glukosa dalam darah pengidap penyakit gula darah (kencing manis) tidak mampu diubah menjadi energi karena kadar hormon insulin dalam tubuh mereka rendah. Yang lebih mengerikan adalah jika penderita diabetes basah terkena luka maka penyembuhannya hanya bisa dilakukan melalui amputasi. Bila hal ini terjadi pada organ reproduksi pria (khususnya wilayah sekitar penis), maka bisa dipastikan kesehatan seksual pria tidak berfungsi sebagaimana mestinya
- Stroke, Pada umumnya, penyakit stroke terjadi kepada pria lanjut usia, meski sebagian menyerang pria usia muda. Stroke ditandai dengan penyumbatan atau pembekuan pembuluh darah menuju otak. Akibat stroke adalah kematian sebelah anggota tubuh, termasuk fungsi seksual pria. Disfungsi ereksi terjadi pada pria penderita penyakit stroke karena aliran darah yang terhambat bukan hanya menuju otak, tetapi juga mempengaruhi sistem jaringan darah lainnya, terutama aliran darah menuju penis.
- Jantung, Penyakit jantung adalah penyakit yang terjadi akibat pembuluh darah tidak dapat memompa darah menuju jantung untuk mengedarkan oksigen dan sari-sari makanan ke seluruh tubuh. Penyakit ini terjadi disebabkan oleh penyempitan maupun kebuntuan pembuluh darah akibat kadar kolesterol tinggi. Pria yang terkena penyakit jantung dalam tubuhnya memiliki sistem peredaran darah yang tidak lancar. Hal ini mempengaruhi peredaran darah dalam jaringan erektil sehingga penis tidak mampu ereksi maksimal.
- Kanker, Disfungsi ereksi bisa terjadi kepada penderita kanker disebabkan oleh kenggunaan obat-obatan penyembuh yang mengandung anti-androgen. Obat anti-androgen biasanya digunakan untuk penyembuhan penyakit kanker saluran kencing dan pembesaran prostat. Obat anti-androgen memang mampu menyembuhkan penyakit kanker, namun cara kerjanya adalah berlawanan dengan sistem produksi hormon laki-laki sehingga mengurangi kejantanan pria.
- Peyronie adalah penyakit yang dialami oleh pria yang ditandai dengan tumbuhnya plak (lapisan kulit yang mengeras) pada bagian kulit sekitar penis. Plak muncul bukan hanya pada bagian luar kulit, tetapi juga tumbuh pada jaringan erektil penis sehingga mengganggu aliran darah menuju ujung penis. Penyakit Peyronie mengurangi kemampuan penis mempertahankan ereksi, bahkan bisa menghentikan fungsi ereksi sama sekali.
- Disebabkan oleh obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut yang banyak mengonsumsi obat-obatan). Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi adalah Konsumsi obat-obatan, Anti-hipertensi, Anti-psikosa, Anti-depresi, Obat penenang, Simetidin, Litium
Faktor Penyebab Disfungsi Ereksi
Faktor yang menyebabkan kenapa banyak kasus disfungsi ereksi
tidak terdeteksi adalah karena adanya beberapa persepsi yang salah dari kaum
pria mengenai disfungsi ereksi itu sendiri, seperti :
- Disfungsi ereksi terjadi karena masalah psikologis saja.
- Dengan bertambahnya usia, maka wajar saja bila mengalami disfungsi ereksi.
- Disfungsi ereksi adalah masalah pribadi, jadi sebaiknya jangan diceritakan ke orang luar termasuk dokter.
- Hal-hal yang menyangkut masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
- Adanya penghalang dari segi psikologis yaitu rasa malu untuk mencari pertolongan.
- Adanya penghalang dari segi sosial-budaya yaitu lebih mempercayai bentuk pengobatan mistis untuk menangani masalah disfungsi ereksi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Pemeriksaan
fisik dilakukan untuk mencari adanya perubahan ciri seksual pria, misalnya
payudara, testis dan ukuran penis, serta perubahan pada rambut, suara maupun
kulit.
Untuk membedakan penyebab fisik atau psikis, dapat dilihat
dari ereksi tidur yang biasanya dijumpai pula saat bangun pagi/morning
erection. jika saat penderita masih mengalami morning erction, berarti
impotensinya disebabkan oleh masalah psikis dan sebaliknya, jika penderita
tidak mengalami morning erection maka penyebab impotensinya adalah masalah
fisik.
Impotensi biasanya bisa diobati tanpa pembedahan dan jenis
pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Latihan khusus dilakukan oleh
penderita impotensi akibat masalah psikis, yaitu yang disebut Teknik pemusatan
sensasi 3 tahap.
Teknik ini mendorong hubungan intim dan kehangatan emosional, yang lebih menitikberatkan kepada membangun sebuah hubungan :
- Tahap I : Bercumbu, pasangan berkonsentrasi untuk menyenangkan satu sama lain tanpa menyentuh daerah kemaluan.
- Tahap II : Pasangan mulai menyentuh daerah kemaluan atau daerah erotis lainnya, tetapi belum melakukan hubungan badan.
- Tahap III : Melakukan hubungan badan.
Masing-masing mencapai kenyamanan pada setiap tahap
keintiman sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya. Jika teknik tersebut tidak
berhasil, mungkin penderita perlu menjalani psikoterapi atau terapi perilaku
seksual. Jika penderita mengalami depresi, bisa diberikan obat anti depresi.